Tiada Kasih Seperti yang ada PadaMu

Menjadi sepertiMu itulah yang kurindukan.. hari demi hari kulalui dengan penuh perjuangan maju terus menghadapi segala rintangan yang datang hanya untuk bertemu bersama denganMu dan menikmati HadiratMu...

Selasa, 06 September 2011

Menjadi Pemimpin Masa Depan

Menjadi Pemimpin Masa Depan

Pemimpin besar tidak serta-merta dilahirkan. Pengusaha, presiden, bahkan pemenang Nobel sekalipun, tidak akan langsung mendapatkan apa yang mereka miliki—mereka berusaha keras sepanjang hidupnya untuk mencapai cita-citanya. Kerbehasilan yang telah mereka capai bermula dari langkah-langkah kecil yang di kemudian hari menghasilkan lompatan besar.
Keterbatasan fasilitas yang dimilikinya, membuat Medco hanya dapat memenangkan tender-tender kecil pemasangan pipa di tahun-tahun awal berdirinya. 1981 merupakan tahun penting bagi Medco. Pada tahun tersebut, Arifn memberanikan diri mulai masuk proyek pemasangan pipa berskala besar. Beberapa strategi ia terapkan agar dapat memuluskan proyek tersebut, salah satunya mengambil rekanan perusahaan asing dalam pelaksanaan proyeknya. Sementara perusahaan asing tersebut juga mendapatkan kompensasi berupa nilai kontrak, Arifn meminta pembagian keuntungan bagi perusahaannya berupa peralatan pemasangan pipa dari perusahaan asing tersebut. Proyek tersebut pun terselesaikan dengan sukses,  dan  Medco  berhasil  memperoleh  peralatan  yang  dibutuhkannya untuk proyek-proyek selanjutnya.

Medco pun kemudian lebih mampu bersaing dengan perusahaan lainnya dalam memperebutkan proyek–proyek berskala besar. Suatu saat, Medco pernah mendapatkan tender mengebor sumur gas di Sumatera Selatan. Pada awalnya, Medco akan disandingkan dengan sebuah perusahaan Amerika dalam pelaksanaan proyek tersebut. Akan tetapi rencana tersebut gagal dan Medco harus menjalankan proyek tersebut sendiri. Tentu saja hal ini menjadi tantangan yang berat bagi Medco yang waktu itu tergolong masih merangkak sebagai sebuah perusahaan. Namun Arifn menjalani tantangan tersebut. Ia terbang ke Amerika untuk membeli peralatan pengeboran hanya bermodalkan ’bahasa Inggris Tarzan’ dan uang US$300.000. Hasilnya, ia meneken kontrak yang sangat riskan: pihak penjual meminta peralatan yang bernilai US$ 4.000.000 dibayar dalam waktu dua minggu, atau uang muka US$300.000 yang telah Arifn berikan akan hangus. Medco terpaksa menerima syarat itu karena daya tawarnya lemah.
Dengan beban pikiran yang berat, dan dana yang menipis, Arifn terbang pulang ke Indonesia. Ia pulang dengan pesawat ekonomi yang paling murah, sehingga harus berkali-kali transit di berbagai bandara. Begitu panjangnya perjalanan tersebut, ia pun langsung jatuh sakit setibanya di Indonesia. Beruntunglah di ambang batas perjanjian pembelian peralatan tersebut, Medco mendapat bantuan dana dari Pemerintah. Alat pengeboran yang dibutuhkan pun terbeli dan proyek pun kemudian bisa berjalan sesuai waktu yang ditentukan Pemerintah.
Tahun 1990 merupakan tahun awal kemandirian Medco. Untuk pertama kalinya, Arifn dapat membeli sumur minyak di Tarakan, Kalimantan Timur, seharga US$ 13.000.000. Sumur itu mampu memproduksi minyak mentah sebanyak 4.000 barrel per hari (bph). Lima tahun kemudian, Medco kembali membeli sebuah sumur minyak. Kali ini yang dibeli adalah sumur minyak tertua milik ExxonMobil, PT. Stanvac Indonesia. Sumur minyak tersebut dapat memproduksi minyak mentah sebanyak 80.000 bph. Inilah prestasi Arifn yang paling gemilang. Dengan pembelian sumur tersebut, PT. Stanvac tidak lagi dikuasai oleh asing, perusahaan minyak tertua di Indonesia itu telah dimiliki sepenuhnya oleh Medco.
Di tahun berikutnya, Medco menggenjot produksinya. Hasilnya, satu sumur saja bisa menghasilkan 320 juta barel minyak. Setelah cukup sukses di bidang perminyakan, Arifn dengan Medco-nya pun merambah ke sektor gas alam. Kini, Medco telah menjadi perusahaan migas nasional yang sangat berpengaruh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar