Tiada Kasih Seperti yang ada PadaMu

Menjadi sepertiMu itulah yang kurindukan.. hari demi hari kulalui dengan penuh perjuangan maju terus menghadapi segala rintangan yang datang hanya untuk bertemu bersama denganMu dan menikmati HadiratMu...

Selasa, 31 Mei 2011

Musibah Dapat Terjadi Meski Sudah Melayani Tuhan

Musibah Dapat Terjadi Meski Sudah Melayani Tuhan
Saturday, 28 November 2009 10:16
Betapapun beratnya musibah bom Bali I dan II yang mengakibatkan ratusan orang mati dan ratusan cacat serta ribuan tidak ada pekerjaan, tapi masyarakat di sana, pemerintah dan juga dunia Internasional tidak mau menyerah. Hingga kini masih ada ratusan bahkan ribuan turis mancanegara yang datang mengunjungi Bali. Beberapa bulan setelah kejadian tragis itu turis-turis dari Australia yang rekan-rekan senegaranya paling banyak mati di sana menegaskan bahwa mereka tidak mau kalah dengan teroris, mereka akan terus datang ke Bali untuk mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.

Dalam 2 Samuel 6:3-15 ada perisitiwa di mana Daud hendak memindahkan tabut ALLAH. Dia bersama orang Israel menari-nari di depan bait itu  namun tiba-tiba musibah datang. Uza disambar Tuhan hingga mati karena ia dengan sengaja memegang tabut itu.

“Mereka menaikkan tabut Allah itu ke dalam kereta yang baru setelah mengangkatnya dari rumah Abinadab yang di atas bukit. Lalu Uza dan Ahyo, anak-anak Abinadab, mengantarkan kereta itu. Uza berjalan di samping tabut Allah itu, sedang  Ahyo berjalan di depan tabut itu. Daud dan seluruh kaum Israel menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga, diiringi nyanyian, kecapi, gambus, rebana, kelentung  dan ceracap. Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir.

Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena  keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu. Daud menjadi marah, karena TUHAN telah menyambar Uza demikian hebatnya; maka tempat itu disebut orang Peres-Uza sampai sekarang.

Daud shock dan sangat terpukul serta marah dengan musibah  itu. Uza sudah mati. Dan kematiannya itu gara-gara Tuhan. Tuhanlah yang membunuh Uza. Tragisnya kematian Uza terjadi saat mereka sedang melayani Tuhan. Saat mereka sedang memindahkan Tabut TUHAN. Tak terbayangkan betapa terpukulnya Daud. Sementara ia melayani Tuhan malahan musibah terjadi.
Bukankah kita juga sering mengalami hal ini. Usai pelayanan kecelakaan datang dan kematian menjemput. Baru saja memberi persembahan malahan dipecat. Belum lama memberitakan injil tahu-tahu berantam hebat dengan keluarga dan berujung perceraian. Lantas kemana akan mencari perlindungan jika TUHAN saja menjadi pembunuh dan penyebab kecelakaan?
Inilah yang dirasakan Daud. Ia merasa sangat tak berdaya dan terpukul. Alkitab berkata Daud menjadi marah. Itulah emosi tertinggi yang bisa dia lampiaskan. Apalagi dia sendirilah yang mengajak Uza memindahkan tabut Tuhan itu. Berarti dialah penyebab Uza mati. Coba kalau dia tidak mengajak Uza pasti tetap hidup.
Memikirkan ini membuat Daud sangat depresi. Hal yang sama terjadi saat kita menyalahkan diri sendiri ketika musibah atau kecelakaan datang menimpa orang yang kita kasihi. Kita meratap berhari-hari dan membiarkan kesedihan menggunung seolah tak bisa terlampiaskan. Kita menganggap kitalah penyebab semua masalah itu. Padahal musibah bisa datang kapan saja, di saat yang tak disangka dan bisa menimpa semua orang. Entahkah orang berdosa atau orang benar. Tapi bagi orang benar ada janji Tuhan dalam Amsal 24:16, Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana. (Hendra Kasenda)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar